Rabu 8 Januari 2025 Pukul 14:31 Wib
Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa keyboard yang kita gunakan sehari-hari tidak disusun sesuai abjad? Sebaliknya, kita menggunakan susunan huruf yang tampaknya acak, yang diawali dengan huruf-huruf QWERTY. Namun, di balik susunan yang tampaknya tidak masuk akal ini, ada cerita panjang yang berakar dari inovasi seorang jurnalis ternama dan tantangannya tersendiri di abad ke-19. Apa yang sekarang dianggap biasa bagi hampir semua orang, awalnya dirancang untuk mengatasi masalah mekanis yang tidak lagi relevan di zaman modern. Meski begitu, susunan ini tetap bertahan sebagai standar global yang hampir tidak tergantikan.
Awal Mula Kenapa Keyboard Disusun Dengan Awalan ‘QWERTY’
Kisah QWERTY dimulai pada tahun 1868, ketika Christopher Latham Sholes, seorang jurnalis dan penemu asal Amerika Serikat, menciptakan mesin tik pertama. Awalnya, mesin tik ini menggunakan susunan huruf alfabetis. Namun, ternyata ada masalah besar, saat pengguna mengetik terlalu cepat, batang huruf pada mesin tik sering macet karena letaknya terlalu berdekatan.
Untuk mengatasi masalah ini, Sholes merancang ulang tata letak keyboard dengan memindahkan huruf-huruf yang paling sering digunakan ke posisi yang lebih berjauhan. Hasilnya adalah tata letak QWERTY, yang dirancang untuk memperlambat kecepatan mengetik dan mencegah batang huruf saling bertabrakan. Tata letak ini dipatenkan pada tahun 1873 dan diadopsi oleh Perusahaan Remington untuk mesin tik mereka.
Mengapa Masih Digunakan Hingga Kini?
Meski teknologi sudah jauh berkembang dan keyboard modern tidak lagi memiliki batang huruf yang bisa macet, susunan QWERTY tetap bertahan. Alasannya sederhana, tentu saja karena terbiasa. Selama lebih dari satu abad, jutaan orang telah terbiasa dengan tata letak ini, sehingga sulit untuk beralih ke sistem lain. Bahkan ketika tata letak alternatif seperti DVORAK yang lebih efisien diperkenalkan, QWERTY tetap menjadi standar global.
Beberapa negara memiliki versi keyboard mereka sendiri. Misalnya, di Prancis, digunakan tata letak AZERTY, sedangkan Jerman menggunakan keyboard dengan susunan QWERTZ. Selain itu, keyboard QWERTY juga diadaptasi untuk layar sentuh pada smartphone, meskipun tidak ada batang huruf yang bisa macet. Menariknya, ada tata letak lain seperti DVORAK dan Colemak yang meski jarang digunakan, mengklaim dapat meningkatkan kecepatan dan kenyamanan mengetik.