Di tengah geliat kemajuan teknologi dalam berbagai aspek industri tanah air, belum lama ini, salah satu industri yang menjadi penyalur ekonomi di Indonesia, yaitu industri kecantikan Indonesia, mulai mengadopsi kecerdasan buatan atau AI dalam proses pemasarannya. Salah satu hal yang menarik perbincangan publik saat ini, khususnya pada platform X, adalah desain produk kosmetik yang diduga berbasis AI. Meski di satu sisi dianggap sebagai inovasi efisien dan futuristik, bagi sebagian masyarakat, terutama para ilustrator dan pelaku industri kreatif, kehadiran AI justru menjadi ancaman yang nyata.
Salah satu gelombang penolakan muncul dari beberapa warga X, dimana mereka membuat sebuah tweet atau cuitan yang menampilkan sebuah utas tampilan desain produk kosmetik yang dianggap menggunakan AI karena visualisasinya yang persis dan identik dengan apa yang seringkali dibuat oleh AI. Warga X menilai bahwa penggunaan AI oleh brand kosmetik lokal untuk mendesain kemasan dan visual dapat berpotensi menghilangkan peluang kerja bagi ilustrator ataupun pekerja di bidang grafis visual.
Bagi brand kosmetik lokal, sama dengan kebanyakan insan yang menganggap bahwa AI adalah solusi efisien dan ekonomis, dengan menggunakan AI biaya produksi desain bisa ditekan, waktu pengerjaan lebih singkat, dan variasi visual lebih banyak akan lebih banyak ditawarkan. Namun, nyatanya cara ini dianggap mengorbankan nilai seni dan orisinalitas. Warga X menyoroti bagaimana banyak desain AI hanya melakukan remix dari karya yang sudah ada, tanpa menghormati etika kepemilikan intelektual. Selain itu, tren ini berpotensi mematikan proses kolaboratif yang selama ini menjadi kekuatan khas industri kreatif lokal.
Isu ini nyatanya membuka diskusi yang lebih luas di platform tersebut, tentang sampai di titik mana penggunaan AI ini dianggap etis, hingga apakah efisiensi dan kemajuan teknologi bisa dibenarkan jika mengorbankan lapangan kerja dan nilai-nilai seni? Banyak pengguna berkomentar dan menyarankan agar AI digunakan bukan sebagai pengganti, melainkan sebagai pendamping bagi kreator manusia yang menciptakan sebuah kolaborasi, bukan malah mendominasi.
Keluhan warga X secara tidak langsung menyoroti sisi lain dari revolusi AI yang selama ini hanya dipuja dari segi inovasi. Mereka menyuarakan kekhawatiran atas semakin meluasnya penggunaan AI dalam pembuatan desain kemasan, identitas merek, hingga konten pemasaran kosmetik lokal. Hal ini tentunya menjadi sebuah pengingat bahwa di tengah hiruk pikuk transformasi digital, penting untuk tetap memberikan batas bagi teknologi untuk tetap mempertahankan orisinalitas dan
Di tengah tantangan lingkungan yang semakin mendesak, muncul sekelompok pemuda y...
Lihat Selengkapnya →Google AI Veo adalah teknologi terbaru dalam dunia kecerdasan buatan yang memung...
Lihat Selengkapnya →Di lorong-lorong sekolah yang riuh oleh tawa dan langkah kaki, ada jiwa-jiwa mud...
Lihat Selengkapnya →Kabar duka datang dari keluarga besar Najwa Shihab, jurnalis senior Indonesia ya...
Lihat Selengkapnya →Saat ini, pembicaraan tentang AI tidak akan lengkap tanpa menyebut model bahasa...
Lihat Selengkapnya →Dalam beberapa hari terakhir, dunia maya Indonesia heboh oleh munculnya sebuah g...
Lihat Selengkapnya →Seolah tak ada habisnya jika kita membahas tren yang berkembang di media sosial,...
Lihat Selengkapnya →