Mengapa Saat Ini Kita Masih Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil?

Teknologi 1 Penulis Deva Aulia Lutfiah Abdul

Rabu 8 Januari 2025 Pukul 14:39 Wib

Gambar Berita
Winnicode Officials

Tahukah kamu, bahwa energi matahari yang diterima Bumi dalam satu jam dapat memenuhi kebutuhan energi dunia selama setahun? Fakta ini menyoroti potensi besar energi hijau, tetapi mengapa kita masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara?

Menurut data dari Statista, bahan bakar fosil masih menyumbang sekitar 80% dari konsumsi energi dunia pada tahun 2023, dengan tren konsumsi yang terus meningkat di beberapa negara. Di Indonesia, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi minyak bumi masih mencapai 1,6 juta barel per hari, meskipun ada upaya untuk mengurangi ketergantungan ini. Sementara itu, investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin terus meningkat, tetapi belum cukup untuk mengimbangi kebutuhan energi global.

Lalu, Mengapa Kita Masih Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil? Ketergantungan ini sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih memilih menggunakan sumber energi tidak terbarukan dan mereka sudah terlanjur nyaman dengan kebiasaan ini. Infrastruktur energi kita dibangun selama puluhan tahun dengan basis bahan bakar fosil, sehingga transisi ke energi hijau memerlukan biaya besar dan waktu panjang. Selain itu, harga bahan bakar fosil sering kali disubsidi, membuatnya terlihat lebih murah dibandingkan energi terbarukan.

Tidak hanya itu, kebiasaan masyarakat yang hampir semuanya menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil juga menjadi faktor utama. Bagi banyak orang, motor atau mobil berbahan bakar minyak (BBM) adalah pilihan yang terjangkau dan praktis dibandingkan kendaraan listrik. Kendaraan listrik, meskipun efisien dan ramah lingkungan, masih memiliki harga awal yang jauh lebih tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat. Selain itu, terbatasnya infrastruktur seperti stasiun pengisian daya listrik membuat masyarakat ragu untuk beralih. Kombinasi antara kebiasaan yang sudah mendarah daging dan kendala ekonomi yang dialami masyarakat menjadi penghalang utama dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Apakah ada Solusinya? Tentu saja, solusi utamanya terletak pada perubahan pola pikir masyarakat dan kebijakan yang berlaku di negara kita. Pemerintah perlu terus mendorong penggunaan energi terbarukan melalui insentif seperti pengurangan pajak untuk instalasi panel surya dan subsidi untuk teknologi energi hijau. Di sisi lain, masyarakat dapat memulai dengan langkah kecil, seperti mengurangi konsumsi listrik dan bahan bakar berbasis fosil, atau mendukung produk-produk lokal yang lebih ramah lingkungan.

Nah, setiap langkah kecil ini pasti dapat memberikan dampak besar ke depannya, jika kita lakukan mulai dari sekarang. Dengan memanfaatkan energi hijau, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan dunia yang lebih bersih dan layak untuk generasi mendatang.