“Metamorphosis” Karya Franz Kafka dan Potret Pedih tentang Identitas dan Penolakan Sosial

Literatur Penulis Elfrilia Yolanda
Selasa, 29 April 2025 - 22:08
Gambar Berita
Winnicode Officials

Metamorphosis adalah cerita pendek yang kuat dan menggugah karya Franz Kafka. Kisah ini berfokus pada Gregor Samsa, seorang karyawan rajin yang bekerja keras demi keluarganya. Tapi semuanya berubah drastis ketika suatu pagi ia bangun dan mendapati dirinya telah berubah menjadi seekor serangga besar. Perubahan aneh ini bukan cuma soal bentuk fisik, tapi juga mengubah seluruh hidupnyahubungan dengan keluarganya mulai renggang, dan ia perlahan-lahan diasingkan. Sejak berubah, Gregor tidak lagi diperlakukan sebagai bagian dari keluarga. Ia tak dianggap manusia lagi, melainkan beban. Padahal sebelumnya, ia adalah satusatunya yang menafkahi rumah. Cerita ini menggambarkan bagaimana masyarakat cenderung hanya menghargai seseorang selama orang itu bisa "memberi" sesuatu. Begitu kehilangan fungsi sosial, ia dianggap tidak berguna dan dibuang begitu saja.  

Kafka mengangkat tema-tema besar seperti keterasingan, identitas, tekanan sosial, dan pertanyaan tentang apa arti menjadi manusia. Gregor yang dulu sangat bergantung pada rutinitas dan ekspektasi sosial, mendadak dipaksa menghadapi kenyataan baru, yaitu identitasnya selama ini dibentuk oleh pekerjaan dan perannya di rumah. Ketika itu semua hilang ia tidak tahu siapa dirinya sebenarnya

Dalam Metamorphosis, Kafka juga menyinggung soal relasi keluarga dan bagaimana cinta kadang tidak setulus yang kita kira. Keluarga Gregor yang awalnya bergantung padanya, malah merasa malu dan muak ketika ia tak lagi bisa bekerja. Kafka seakan ingin menunjukkan sisi kelam dari relasi manusia sebagai penerimaan bersyarat.

Gaya penulisan Kafka dalam Metamorphosis sangat khas, penuh dengan unsur surealisme, kedalaman psikologis, dan eksplorasi terhadap penderitaan batin. Ia membuat kita ikut merasakan perasaan Gregor yang bingung, takut, dan merasa tidak diterima. Alurnya pun terasa acak, menggambarkan betapa kacau dan pecahnya dunia batin Gregor setelah transformasi itu terjadi.

Akhir cerita ini terasa pahit. Gregor akhirnya meninggal, dan bukannya merasa kehilangan, keluarganya justru lega. Ini memperlihatkan bahwa selama ini mereka tak pernah benar-benar peduli. Kematian Gregor bukan hanya menjadi klimaks tragis dari kisahnya, tetapi juga menjadi cermin dari kenyataan pahit, yaitu ketika seseorang tidak lagi sesuai dengan standar masyarakat, ia dengan mudah bisa dilupakan dan disingkirkan. Kepergiannya justru diikuti oleh rasa lega dari keluarganya, yang menyiratkan betapa dangkalnya empati dan kasih sayang yang bersandar pada syarat tertentu. Kafka mengajak kita merenungi dampak dari tekanan sosial terhadap hubungan antarindividu, dan bagaimana eksistensi manusia bisa begitu rapuh di