"Bahasa Indonesia: Jangan Sampai Jadi Tamu di Rumah Sendiri"

Budaya Penulis Virgiawan Arbi Pratama
Selasa, 29 April 2025 - 19:16
Gambar Berita
Winnicode Officials

Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi budaya pop luar negeri, Bahasa Indonesia perlahan-lahan mulai kalah gaung. Lihat saja di medsos: “Sorry late reply”, “Mood booster banget sih lo!”, “Aku tuh kayak literally gak bisa move on”—eh, ini bahasa apa ya sebenarnya? Campur sari alias bahasa gado-gado. Bukan nggak boleh sih, tapi kalau terus-menerus, lama-lama kita malah lupa cara merangkai kalimat yang benar dalam bahasa ibu.

Bahasa Indonesia, yang dulu jadi senjata pemersatu bangsa saat Sumpah Pemuda 1928, sekarang mulai terpinggirkan di negeri sendiri. Padahal, banyak negara iri loh—karena Indonesia punya satu bahasa nasional yang bisa dimengerti dari Sabang sampai Merauke. Coba tanya India atau Eropa yang bahasanya bisa beda tiap 50 km. Tapi ya, manusia memang sering tak menghargai apa yang dimiliki—sampai akhirnya hilang, baru deh panik.

Salah satu penyebab utama adalah gaya hidup urban dan tuntutan dunia kerja global. Bahasa Inggris dianggap lebih “menjual”, keren, dan membuka peluang karier. Tapi kalau semua aspek kehidupan pakai bahasa asing—terutama dalam pendidikan, hiburan, hingga konten kreator—bahasa Indonesia akan makin tergerus. Akhirnya? Kita cuma bisa bahasa ‘gaul’ tapi gagap kalau disuruh buat surat resmi atau pidato pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Makanya, menjaga eksistensi Bahasa Indonesia itu penting. Bukan berarti anti globalisasi, tapi lebih ke: ayo pakai bahasa Indonesia dengan bangga. Kita bisa tetap modern tanpa harus meninggalkan jati diri. Misalnya, konten YouTube yang pakai bahasa Indonesia tapi tetap menarik, atau buku-buku ilmiah dan sastra yang berkualitas dalam bahasa kita sendiri.

Bahasa Indonesia itu bukan cuma alat komunikasi, tapi juga cermin budaya, sejarah, dan cara berpikir kita sebagai bangsa. Kalau dibiarkan luntur, maka hilanglah satu identitas utama Indonesia. Jadi, yuk mulai dari hal kecil: berhenti merasa “kurang keren” kalau ngomong full pakai bahasa Indonesia. Karena kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi?

Dan siapa bilang keren itu harus pakai bahasa asing? Liat aja para musisi indie, kreator lokal, sampai stand-up comedian yang sukses dengan karya berbahasa Indonesia. Mereka membuktikan bahwa ‘lokal’ nggak selalu kalah saing. Bahkan, kekuatan mereka justru ada pada kejujuran dan kedekatan bahasa dengan penontonnya.

Kita juga bisa mulai dengan membiasakan diri menulis caption Instagram, opini, atau bahkan artikel seperti ini dalam bahasa Indonesia. Gaya boleh santai, isi tetap berbobot. Karena bahasa Indonesia bukan cuma